Sebagai tugas akhir dari salah satu mata kuliah di Magister Manajemen di Universitas Pelita Harapan (UPH), saya mencoba mencari literatur mengenai hubungan antara perekonomian dan pergerakan harga pasar saham. Awalnya saya berpikir faktor-faktor dari macro ekonomi mempengaruhi pergerakan harga di pasar saham, namun dari beberapa literatur yang saya temukan menyatakan yang sebaliknya.
Setelah dilakukan penelitian terhadap indeks S&P500 terhadap faktor ekonomi (GDP), ternyata ditemukan bahwa indeks S&P500 bisa dianggap sebagai leading indicator terhadap GDP di Amerika. Pengaruhnya terasa paling lama di 3 kuartal. Dalam literatur tersebut disebutkan beberapa faktor yang mungkin membuat pasar saham bisa menjadi leading indicator, antara lain:
Wealth Effect
Teori wealth effect menyatakan bahwa ketika kekayaan seseorang bertambah, maka konsumsi orang tersebut juga akan bertambah. Jika harga saham naik, maka kekayaaan dari investor di pasar saham juga akan naik, menyebabkan investor akan lebih banyak melakukan konsumsi ataupun investasi tambahan di pasar saham. Dengan adanya tambahan modal di pasar saham dapat menggerakkan perusahaan-perusahaan untuk ekspansi menggunakan dana investor, yang pada ujungnya dapat menggerakkan ekonomi.
Company Valuation
Investor melakukan valuasi perusahaan di pasar saham sebelum membeli saham perusahaan tersebut. Valuasi tersebut berdasarkan proyeksi pendapatan / keuntungan / free cash flow dari perusahaan tersebut di masa depan. Jika investor menganggap proyeksi perusahaan tersebut akan turun, maka investor akan menjual saham tersebut, menyebabkan harga saham perusahaan tersebut akan turun. Sebaliknya jika investor melihat adanya prospek kenaikan pendapatan / keuntungan perusahaan, maka banyak investor yang akan membeli saham perusahaan tersebut, menyebabkan naiknya harga saham perusahaan tersebut.
Forward-Looking Nature
Investor mempunyai natur forward-looking dalam memutuskan investasi mereka. Jika mereka mengganggap perekonomian akan berat di masa depan sehingga perusahaan-perusahaan akan mengalami kesulitan, maka investor akan lebih enggan mananamkan investasi di pasar modal. Sebaliknya jika investor melihat adanya potensi pertumbuhan ekonomi yang pesat, maka investasi akan banyak masuk ke pasar modal.
Jika Anda tertarik dengan topik ini, bisa membaca selengkapnya di paper berikut: